Jumat, 06 April 2012

dasar-dasar Fotografi




1.  Sejarah fotografi

Sejarah Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).
dalam sejarah fotografi Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.

Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.
Dalam Sejarah fotografi mencatat Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

2.  Dasar-dasar Fotografi
Untuk melakukan suatu pemotretan, satu hal yang mutlak diperlukan adalah cahaya. Baik cahaya yang tampak seperti pemotretan biasa ataupun cahaya yang tidak tampak seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen.
Jumlah cahaya yang digunakan untuk membentuk suatu gambar tergantung pada  Kepekaan media (ASA/ISO), Kecepatan/Shutter Speed dan Diafragma.

1. Kepekaan media terhadap cahaya (ASA/ISO).
Media yang dipakai dalam fotografi konvensional adalah suatu lapisan tipis (film) yang peka terhadap cahaya berupa butiran-butiran halus. Kepekaan terhadap cahaya ini dikategorikan dengan satuan ASA/ISO.

Angka untuk ASA/ISO yang digunakan adalah 25, 50, 100, 200, 400 dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari angka sebelumnya. Semakin besar angka ASA/ISO maka semakin peka terhadap cahaya dan memiliki butiran yang semakin kasar.
Penggunaan ASA/ISO dengan angka yang besar memungkinkan pemotretan dengan hanya sedikit cahaya seperti dalam ruangan, sore hari/mendung tetapi mempunyai efek hasil gambar yang kasar terutama dalam pencetakan gambar yang besar. Sedangkan ASA/ISO yang kecil membutuhkan banyak cahaya tetapi menghasilkan gambar yang halus dalam pembesarannya.

2. Kecepatan/Shutter speed.
Kecepatan/shutter speed adalah suatu mekanisme di dalam kamera yang mengatur lamanya cahaya yang masuk ke dalam kamera dalam satuan detik.
Angka yang tertera di kamera adalah B, 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500 dan seterusnya yang merupakan kelipatan angka sebelumnya. Angka maksimal untuk Kecepatan/Shutter speed tergantung pada kemampuan dari kamera tersebut.
Angka-angka tersebut bukanlah angka yang sebenarnya dalam detik tetapi merupakan penyebut dari pecahan satu per ( 1/x) sehingga dengan angka yang tertera sebesar 60 maka cahaya yang masuk adalah satu per enam puluh detik (1/60 detik).
Efek yang ditimbulkan pada perubahan Kecepatan terutama pada benda bergerak. Benda bergerak yang di ambil dengan kecepatan tinggi akan terlihat diam dan yang diambil dengan Kecepatan rendah akan terlihat garis memanjang.
3. Diafragma
Diafragma adalah suatu mekanisme dalam kamera (lensa) yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Bagian ini terdapat dalam susunan lensa berupa lembaran membentuk lubang/lingkaran yang bisa berubah ukuran. Semakin besar pembukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk dan sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang masuk.
Angka yang biasanya tertera untuk diafragma adalah 1,4 - 2,8 - 4 - 5,6 - 8 - 11 - 16 dan 22. Angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil dan angka semakin kecil maka bukaan diafragma menjadi besar.
Banyaknya angka diafragma dalam suatu lensa tergantung juga pada kemampuan lensa untuk meneruskan cahaya. Misalnya lensa Sudut Lebar/Wide angle dengan susunan lensa sedikit dan pendek akan lebih banyak memasukkan cahaya, biasanya angka diafragma bisa mencapai 1,4 sedangkan pada lensa tele yang susunan lensanya lebih banyak dan panjang biasanya diafragma terendah sekitar 4 atau 5,6. Untuk keperluan khusus ada juga lensa tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang biasanya memiliki lensa yang sangat besar.
Diafragma mempunyai efek pada gambar yang disebut Depth of Field atau Ruang Ketajaman. Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan diafragma 22 atau bukaan kecil benda di depan obyek focus dan di belakangnya akan terlihat jelas.
diafragma dengan bukaan besar // angka kecil









diafragma dengan bukaan kecil // angka besar










4. Hubungan ASA/ISO, Kecepatan dan Diafragma.
Ketiga komponen yang mengatur masuknya cahaya ke dalam kamera tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk jumlah cahaya yang masuk dengan porsi yang sama maka dengan perubahan salah satu faktor tersebut harus diimbangi dengan perubahan yang lainnya.
Sebagai contoh, suatu obyek di foto dengan ASA 100, 1/60 dan 5,6 maka bila kita menggunakan ASA 200 maka akan sama hasilnya dengan urutan 1/125 dengan 5,6 atau menggunakan 1/60 dengan diafragma 8.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah dengan asumsi cahaya normal untuk suatu obyek, ASA 100, Kecepatan 1/60 dan diafragma 5,6.

1
2
4
8
15
30
60
125
250
500
25
22
16
11
8
5,6
4
2,8
1,4


50

22
16
11
8
5,6
4
2,8
1,4

100


22
16
11
8
5,6
4
2,8
1,4
200



22
16
11
8
5,6
4
2,8
400




22
16
11
8
5,6
4
800





22
16
11
8
5,6
1600






22
16
11
8
3200







22
16
11
Semua pengaturan dalam tabel di atas akan menghasilkan jumlah cahaya yang sama. Pengaruhnya akan terlihat terutama pada Depth of field. yang akan dibahas secara terpisah.
5. Alat bantu pencahayaan.
Untuk membantu pencahayaan dalam suasana yang redup digunakan lampu atau flash/blitz. Disini hanya akan dibahas mengenai flash.

Pengambilan gambar dengan  flash biasanya maksimal menggunakan Kecepatan 1/60 detik. Beberapa kamera mempunyai kemampuan hingga 1/250 detik bila menggunakan flash. Pada umumnya angka Kecepatan tersebut mempunyai warna yang berbeda di kamera.

3.   DASAR DASAR TATA CAHAYA
Pencahayaan merupakan bagian mendasar dari sebuah produksi program televise.Tanpa adanya  pencahayaan yang tepat, maka kamera tidak dapat menghasilkan gambar dengan jelas dan akurat
Pencahayaan juga merupakan bagian kreatif dalam sebuah produksi televisi, karena hasil dari gambar dapat ditangkap oleh kamera sesuai dengan mood tertentu sepenuhnya ditentukan kerja dari pencahayaan . Oleh sebab diatas, maka pencahayaan merupakan bagian dari sebuah seni dan keilmuan.
Kerja Kamera dan Pencahayaan
Kerja kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan . Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah penting peranannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar.
Cahaya menurut sumbernya dibedakan :
1. Cahaya bersumber dari alam, seperti cahaya matahari ( natural light/daylight)
2. Cahaya yang diciptakan atau bersumber dari lampu, api (artifisial light/tangten)
Sumber cahaya itu sendiri mempunyai karakteristik jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-macam. Kita abaikan dulu permasalahan ini, kita coba untuk memperlakukan sebuah sistem yang aplikatif terhadap kerja kamera.Seperti teori dasar tata cahaya .
Dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi oleh kondisi tata cahaya yang ada , apapun kondisinya tetapi hasilnyapun juga mengikuti kondisi tata cahaya tersebut.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal maka kita dapat mengikuti teori dasar tata cahaya yang berlaku, walaupunpada praktek kerja kita dapat mengembangkan kreasi kita sesuai keinginan dan hasil yang akan dicapai. 
Objek/Tujuan Penataan Cahaya
Tata  cahaya mempunyai 6 (enam) dasar objek penting pencahayaan, yaitu:
  1. Menerangi,
Yaitu menerangi objek maupun subjek yang berhubungan dengan kebutuhan sistem kerja kamera elektronik disebut juga base light atau cahaya dasar.

  1. Menciptakan  ruang 3-D (tiga dimensi) perspektif.
Karena layar televisi merupakan materi 2-D  ( dua dimensi), maka kedalaman dapat dimunculkan dengan pengolahan sudut kamera, bloking kamera, set disain, dan penggunaan tat cahaya yang berkaitan dengan texture, shape (bentuk tertentu), form ( bentuk).
  1. Menuntun perhatian penonton
Cahaya yang mengharahkan perhatian penonton  kepada elemen yang penting dari sebuah scene.
  1. Menciptakan mood dari sebuah adengan ( essensial mood) .
Seperti suasana gelap untuk kondisi dramatis misteri, suasana terang dalam kondisi keceriaan  atau gembira.
  1. Menjelaskan waktu,
Yaitu pagi hari - warna kemerahan, siang hari -  terang /cerah, petang hari /sore – kemerahan lembayung.
  1. Mengkotribusikan berbagai aspek estetis dalam pengkomposisian, Misalnya seseorang berjalan dari tempat gelap melewati bawah lampu yang terang kemudian menuju ke gelap lagi.     

KUALITAS CAHAYA
  • Hard light
Disebut dengan cahaya keras yang dihasilkan dari sumber cahaya dengan intensitas yang tinggi, cahaya lebih bersifat spot. Menghasilkan kekontrasan yang tinggi dan bayangan yang keras (gelap – terangnya).
  • Soft Light
Disebut juga cahaya yang lembut karena dihasilkan dari sumber cahaya dengan intensitas cahaya lembih rendah dan pemancaran cahaya terpendar dan halus biasanya cahaya yang dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan filter atau elemen penghalus pemendaran cahaya.Kontras yang dihasilkan lebih tipis sehingga bayangan yang dihasilkan juga tidak keras.
Cahaya berdasarkan konsep dasar pencahayan dapat dibedakan :
  • Natural Light
Cahaya natural yang sumber cahaya dalam satu frame atau adengan maupun scene bersumber dari cahaya yang bersifat natural. Misalnya cahaya pagi hari dari sebelah timur (key). Maka shot-shot dalm scene tersebut key lightnya dari arah yang sama.
  • Pictorial Light/Arificial Light
Cahaya yang bersifat artistik atau ciptaan., dibentuk sesuai kebutuhan artisti, mood sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber cahaya (key) dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan artistic gambar atau mood dari adegan tersebut.

Direction of Light
Pencahayaan yang dibedakan berdasarkan arah cahaya dan jatuhnya cahaya ke subjek  dapat dibedakan :
  • Top Light
Cahaya yang datang dari arah atas subjek, sebagai ambient/base light juga menciptakan suasana tertekan pada subjek
  • Eye Light
Chaya yang ditujukan pada posisi mata subjek guna untuk menguatkan kekuatan yang dimunculkan dari  mata.
  • Accent Light
Cahaya yang dibuat sebagai aksen diluar subjek untuk menciptakan kedalaman dan mood tertentu. Biasanya ditujukan pada background 


4.  Komposisi
Komposisi dalam bidang seni apapun adalah ibarat selera akan makanan, semua kembali ke preferensi  masing-masing

KOMPOSISI dalam Fotografi

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.
Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.
KOMPOSISI FOTOGRAFI
DEFINISI KOMPOSISI :KOMPOSISI = SUSUNAN, dalam bahasan seni rupa dan fotografi komposisi berarti susunan gambar dalam batasan satu ruang (Soelarko, 1990:19).
KOMPOSISI secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap (Sanyoto, 2004).
KOMPOSISI adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar, sehingga objek menjadi pusat perhatian (FOI=Focus of Interest) (Veriasa, 2006).


UNSUR – UNSUR PEMBENTUK KOMPOSISI FOTOGRAFI :
GARIS
Adalah kumpulan dari titik – titik yang beraturan maupun tidak beraturan. Fotografer yang baik menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Garis memberi kesan seolah obyek membawa mata keluar dari gambar.
KONTRAS
kontras merupakan perbedaan yang sangat besar dari satu nada (bentuk dan warna) dengan yang lain. Foto yang terdiri dari hitam pekat dan putih murni saja adalah foto yang sangat kontras. Foto yang terdiri dari perbedaan nada-nada mencolok dikatakan kontras (hard), sedangkan sebaliknya foto yang menyajikan nada-nada berdampingan dikatakan lunak (soft)
TEKSTUR
Tekstur adalah nilai raba pada permukaan baik nyata maupun  semu dan tekstur yang diberikan pada permukaan yang mungkin kasar, mungkin halus. ekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi subyek. Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.
SHAPE / BIDANG
Penentuan shape adalah salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian dan memberi prioritas pada sebuah elemen visual, sehingga obyak utama dapat teridentifikasi. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai.
Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
FORM / BENTUK
Form bertujuan untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut, sehingga memunculkan dimensi yang berbeda.
PATTERN
Pattern merupakan pengulangan shape, garis dan warna adalah sebuah elemen visual yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan.
Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati. Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.
TUJUAN MENGATUR KOMPOSISI :     
·         Dengan mengatur komposisi foto, kita juga dapat membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek foto.
·          Menyusun perwujudan ide menjadi sebuah penyusunan gambar yang baik sehingga terwujud sebuah kesatuan / unity dalam karya.
·          Melatih kepekaan mata untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah rasa estetik dalam pribadi pemotret.
·          
Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :


  • Rule of thirds
    Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.
  • Format : Horizon atau Vertikal
    Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.
  • Keep it simple
    Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin ramai sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.
  • Picture scale
    Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.
  • Horizons
    Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.
  • Leading lines
    Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
    Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.
  • Be different
    Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.
  • Colour
    Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.
  • Framing
    Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.
  • Shooting position
    Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.











Daftar pustaka
1.       Sejarah fotografi: http://citrastudio.com/sejarah-fotografi.html diunduh pada tanggal 29 februari 2012, pukul 08.30
2.       Dasar-dasar fotografi: http://www.freewebs.com/fotoaquarium/dasar1.htm, di unduh pada tanggal 29 Februari 2012, pukul 08.50
3.       Komposisi dalam fotografi: file:///E:/komposisi-dalam-fotografi.htm, di unduh pada tanggal 1 maret 2012, pukul 12.12
4.       Pencahayaan dalam fotografi: http://www.aziscs1.com/2010/12/pentingnya-pencahayaan-pada-fotografi.html, diunduh pada tanggal 1 maret 2012, pukul 12.12

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ms.Tabita Journal Published @ 2014 by Ipietoon