1. Sejarah fotografi
Sejarah Fotografi mulai tercatat resmi
pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan
teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi.
Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi
adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang
dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum
Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport,
terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad
ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah
gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole),
maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang
secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari
fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta
mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3
SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan
kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang
dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia,
Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak
yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera
obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
“By the great Johannes Keppler has designed
a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that
stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light
admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece
of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable
yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut
sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan
dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh
lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).
dalam
sejarah fotografi Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan
Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya,
warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi
berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan
dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh
cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui
sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan
fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian
kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara
permanent.
Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan
Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif
dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya
pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi
hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga
Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah
fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah
disaputi komponen perak.
Dalam Sejarah fotografi mencatat Sementara
itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida
perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi
hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa
lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography
Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed
pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure
(proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal,
berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan
gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura
berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang
akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di
University of Texas di Austin, AS.
Merasa
kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga
pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya
berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil,
mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang
dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce
meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai
orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar
permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang
disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri
(neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat
dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu
terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang
dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang
gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal
fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi
adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang
dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses
kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan
temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai
pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh
dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke
seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang
harus dilakukan.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat.
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi
modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya
yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan
menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan
dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter,
film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan
pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang
sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON.
Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land.
Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan
pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat
cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang
tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat
foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
2. Dasar-dasar
Fotografi
Untuk melakukan suatu pemotretan,
satu hal yang mutlak diperlukan adalah cahaya. Baik
cahaya yang tampak seperti pemotretan biasa ataupun cahaya yang tidak tampak
seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen.
Jumlah cahaya yang digunakan untuk
membentuk suatu gambar tergantung pada Kepekaan media (ASA/ISO), Kecepatan/Shutter Speed dan Diafragma.
1. Kepekaan media terhadap cahaya
(ASA/ISO).
Media yang dipakai
dalam fotografi konvensional adalah suatu lapisan tipis (film) yang peka terhadap cahaya berupa butiran-butiran halus.
Kepekaan terhadap cahaya ini dikategorikan dengan satuan ASA/ISO.
Angka untuk
ASA/ISO yang digunakan adalah 25, 50,
100, 200, 400 dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari angka
sebelumnya. Semakin besar angka ASA/ISO maka semakin peka terhadap cahaya dan
memiliki butiran yang semakin kasar.
Penggunaan ASA/ISO dengan angka yang besar
memungkinkan pemotretan dengan hanya sedikit cahaya seperti dalam ruangan, sore
hari/mendung tetapi mempunyai efek hasil gambar yang kasar terutama dalam
pencetakan gambar yang besar. Sedangkan ASA/ISO yang kecil membutuhkan banyak
cahaya tetapi menghasilkan gambar yang halus dalam pembesarannya.
2. Kecepatan/Shutter speed.
Kecepatan/shutter speed adalah suatu mekanisme
di dalam kamera yang mengatur lamanya
cahaya yang masuk ke dalam kamera dalam
satuan detik.
Angka yang tertera di kamera adalah B, 1, 2,
4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500 dan seterusnya yang merupakan kelipatan angka
sebelumnya. Angka maksimal untuk Kecepatan/Shutter speed tergantung pada
kemampuan dari kamera tersebut.
Angka-angka tersebut bukanlah angka yang
sebenarnya dalam detik tetapi merupakan penyebut dari pecahan satu per ( 1/x)
sehingga dengan angka yang tertera sebesar 60 maka cahaya yang masuk adalah
satu per enam puluh detik (1/60 detik).
Efek yang ditimbulkan pada perubahan Kecepatan
terutama pada benda bergerak. Benda bergerak yang di ambil dengan kecepatan
tinggi akan terlihat diam dan yang diambil dengan Kecepatan rendah akan
terlihat garis memanjang.
3. Diafragma
Diafragma adalah
suatu mekanisme dalam kamera (lensa) yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Bagian ini terdapat dalam
susunan lensa berupa lembaran membentuk lubang/lingkaran yang bisa berubah
ukuran. Semakin besar pembukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk
dan sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang
masuk.
Angka yang
biasanya tertera untuk diafragma adalah 1,4
- 2,8 - 4 - 5,6 - 8 - 11 - 16 dan 22. Angka yang besar menunjukkan bukaan
diafragma yang kecil dan angka semakin kecil maka bukaan diafragma menjadi
besar.
Banyaknya angka
diafragma dalam suatu lensa tergantung juga pada kemampuan lensa untuk
meneruskan cahaya. Misalnya lensa Sudut Lebar/Wide angle dengan susunan
lensa sedikit dan pendek akan lebih banyak memasukkan cahaya, biasanya angka
diafragma bisa mencapai 1,4 sedangkan pada lensa tele yang susunan lensanya
lebih banyak dan panjang biasanya diafragma terendah sekitar 4 atau 5,6. Untuk
keperluan khusus ada juga lensa tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang
biasanya memiliki lensa yang sangat besar.
Diafragma
mempunyai efek pada gambar yang disebut Depth of Field atau Ruang Ketajaman.
Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua
benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan
diafragma 22 atau bukaan kecil benda di depan obyek focus dan di belakangnya
akan terlihat jelas.
Ketiga komponen yang mengatur masuknya cahaya
ke dalam kamera tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk jumlah cahaya yang
masuk dengan porsi yang sama maka dengan perubahan salah satu faktor tersebut
harus diimbangi dengan perubahan yang lainnya.
Sebagai contoh, suatu obyek di foto dengan ASA
100, 1/60 dan 5,6 maka bila kita menggunakan ASA 200 maka akan sama hasilnya
dengan urutan 1/125 dengan 5,6 atau menggunakan 1/60 dengan diafragma 8.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah
dengan asumsi cahaya normal untuk suatu obyek, ASA 100, Kecepatan 1/60 dan
diafragma 5,6.
1
|
2
|
4
|
8
|
15
|
30
|
60
|
125
|
250
|
500
|
|
25
|
22
|
16
|
11
|
8
|
5,6
|
4
|
2,8
|
1,4
|
||
50
|
22
|
16
|
11
|
8
|
5,6
|
4
|
2,8
|
1,4
|
||
100
|
22
|
16
|
11
|
8
|
5,6
|
4
|
2,8
|
1,4
|
||
200
|
22
|
16
|
11
|
8
|
5,6
|
4
|
2,8
|
|||
400
|
22
|
16
|
11
|
8
|
5,6
|
4
|
||||
800
|
22
|
16
|
11
|
8
|
5,6
|
|||||
1600
|
22
|
16
|
11
|
8
|
||||||
3200
|
22
|
16
|
11
|
Semua
pengaturan dalam tabel di atas akan menghasilkan jumlah cahaya yang sama.
Pengaruhnya akan terlihat terutama pada Depth of field. yang akan dibahas secara terpisah.
5. Alat bantu pencahayaan.
Untuk membantu pencahayaan dalam suasana yang redup digunakan
lampu atau flash/blitz. Disini hanya akan dibahas mengenai flash.
Pengambilan gambar dengan
flash biasanya maksimal menggunakan Kecepatan 1/60 detik. Beberapa kamera
mempunyai kemampuan hingga 1/250 detik bila menggunakan flash. Pada umumnya
angka Kecepatan tersebut mempunyai warna yang berbeda di kamera.
3. DASAR DASAR TATA CAHAYA
Pencahayaan merupakan bagian mendasar dari sebuah produksi program
televise.Tanpa adanya pencahayaan yang
tepat, maka kamera tidak dapat menghasilkan gambar dengan jelas dan akurat
Pencahayaan juga merupakan bagian kreatif dalam sebuah produksi televisi,
karena hasil dari gambar dapat ditangkap oleh kamera sesuai dengan mood
tertentu sepenuhnya ditentukan kerja dari pencahayaan . Oleh sebab diatas, maka
pencahayaan merupakan bagian dari sebuah seni dan keilmuan.
Kerja Kamera dan Pencahayaan
Kerja kamera elektronik sangat dipengaruhi
oleh sistem pencahayaan . Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses
perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata
cahaya sangatlah penting peranannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar.
Cahaya menurut
sumbernya dibedakan :
1. Cahaya bersumber dari alam, seperti cahaya matahari ( natural
light/daylight)
2. Cahaya yang diciptakan atau bersumber dari lampu, api (artifisial
light/tangten)
Sumber cahaya itu sendiri mempunyai
karakteristik jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-macam. Kita
abaikan dulu permasalahan ini, kita coba untuk memperlakukan sebuah sistem yang
aplikatif terhadap kerja kamera.Seperti teori dasar tata cahaya .
Dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi
oleh kondisi tata cahaya yang ada , apapun kondisinya tetapi hasilnyapun juga
mengikuti kondisi tata cahaya tersebut.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal maka kita dapat mengikuti teori dasar tata cahaya yang berlaku,
walaupunpada praktek kerja kita dapat mengembangkan kreasi kita sesuai
keinginan dan hasil yang akan dicapai.
Objek/Tujuan
Penataan Cahaya
Tata cahaya mempunyai 6 (enam) dasar objek penting
pencahayaan, yaitu:
- Menerangi,
Yaitu menerangi objek maupun subjek yang berhubungan dengan kebutuhan
sistem kerja kamera elektronik disebut juga base light atau cahaya
dasar.
- Menciptakan ruang 3-D (tiga dimensi) perspektif.
Karena layar televisi merupakan materi 2-D
( dua dimensi), maka kedalaman dapat dimunculkan dengan pengolahan sudut
kamera, bloking kamera, set disain, dan penggunaan tat cahaya yang berkaitan
dengan texture, shape (bentuk tertentu), form ( bentuk).
- Menuntun perhatian penonton
Cahaya yang mengharahkan perhatian penonton kepada elemen yang penting
dari sebuah scene.
- Menciptakan mood dari sebuah adengan ( essensial mood) .
Seperti suasana gelap untuk kondisi dramatis misteri, suasana terang dalam
kondisi keceriaan atau gembira.
- Menjelaskan waktu,
Yaitu pagi hari - warna kemerahan, siang hari - terang /cerah, petang hari /sore – kemerahan
lembayung.
- Mengkotribusikan berbagai aspek estetis dalam pengkomposisian, Misalnya seseorang berjalan dari tempat gelap melewati bawah lampu yang terang kemudian menuju ke gelap lagi.
KUALITAS CAHAYA
- Hard light
Disebut dengan cahaya keras yang dihasilkan dari sumber cahaya dengan
intensitas yang tinggi, cahaya lebih bersifat spot. Menghasilkan kekontrasan
yang tinggi dan bayangan yang keras (gelap – terangnya).
- Soft Light
Disebut juga cahaya yang lembut karena dihasilkan dari sumber cahaya dengan
intensitas cahaya lembih rendah dan pemancaran cahaya terpendar dan halus
biasanya cahaya yang dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan filter atau
elemen penghalus pemendaran cahaya.Kontras yang dihasilkan lebih tipis sehingga
bayangan yang dihasilkan juga tidak keras.
Cahaya
berdasarkan konsep dasar pencahayan dapat dibedakan :
- Natural Light
Cahaya natural yang sumber cahaya dalam satu frame atau adengan maupun
scene bersumber dari cahaya yang bersifat natural. Misalnya cahaya pagi hari
dari sebelah timur (key). Maka shot-shot dalm scene tersebut key lightnya dari
arah yang sama.
- Pictorial Light/Arificial Light
Cahaya yang bersifat artistik atau ciptaan., dibentuk sesuai kebutuhan
artisti, mood sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber cahaya (key) dapat
berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan artistic gambar atau mood dari adegan
tersebut.
Direction of Light
Pencahayaan yang
dibedakan berdasarkan arah cahaya dan jatuhnya cahaya ke subjek dapat dibedakan :
- Top Light
Cahaya yang datang dari arah atas subjek, sebagai ambient/base light juga
menciptakan suasana tertekan pada subjek
- Eye Light
Chaya yang ditujukan pada posisi mata subjek guna untuk menguatkan kekuatan
yang dimunculkan dari mata.
- Accent Light
Cahaya yang dibuat sebagai aksen diluar subjek untuk menciptakan kedalaman
dan mood tertentu. Biasanya ditujukan pada background
4. Komposisi
Komposisi dalam bidang seni apapun adalah ibarat selera akan
makanan, semua kembali ke preferensi masing-masing
KOMPOSISI dalam Fotografi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai
cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis,
shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela
bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang
paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah
kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi
dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan
anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau
sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu
titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan
posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan
sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa
perhatian pengamat pada satu titik.
Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik
memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang,
antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna
redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan
membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda
buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek
ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.
KOMPOSISI FOTOGRAFI
DEFINISI
KOMPOSISI :KOMPOSISI = SUSUNAN, dalam bahasan seni rupa dan fotografi komposisi
berarti susunan gambar dalam batasan satu ruang (Soelarko, 1990:19).
KOMPOSISI
secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar,
elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap
(Sanyoto, 2004).
KOMPOSISI
adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar, sehingga objek
menjadi pusat perhatian (FOI=Focus of Interest) (Veriasa, 2006).
UNSUR – UNSUR PEMBENTUK KOMPOSISI FOTOGRAFI :
GARIS
Adalah kumpulan dari titik – titik yang beraturan maupun tidak
beraturan. Fotografer yang baik menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk
membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan
kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu
sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi
menarik perhatian. Garis memberi kesan seolah obyek membawa mata keluar dari
gambar.
KONTRAS
kontras merupakan perbedaan yang sangat besar dari satu nada
(bentuk dan warna) dengan yang lain. Foto yang terdiri dari hitam pekat dan
putih murni saja adalah foto yang sangat kontras. Foto yang terdiri dari
perbedaan nada-nada mencolok dikatakan kontras (hard), sedangkan
sebaliknya foto yang menyajikan nada-nada berdampingan dikatakan lunak (soft)
TEKSTUR
Tekstur adalah nilai raba pada permukaan baik nyata maupun
semu dan tekstur yang diberikan pada permukaan yang mungkin kasar, mungkin
halus. ekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan
tiga dimensi subyek. Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda.
Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk
memperbesar apa yang kita lihat, Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa
sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area
tertentu.Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat
mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan
permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik
ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas
gambar.
SHAPE /
BIDANG
Penentuan shape adalah salah satu formula
paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian dan memberi
prioritas pada sebuah elemen visual, sehingga obyak utama dapat
teridentifikasi. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan
shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu
ramai.
Untuk membuat kontras kuat antara shape dan
sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai
akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
FORM /
BENTUK
Form bertujuan untuk memberi kesan padat dan
tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan
kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone
yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang
menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang
mengenai objek tersebut, sehingga memunculkan dimensi yang berbeda.
PATTERN
Pattern merupakan pengulangan shape, garis dan
warna adalah sebuah elemen visual yang dapat menjadi unsur penarik perhatian
utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam
gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi
membosankan.
Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan
variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati. Pattern biasanya paling baik
diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera
membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan
kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.
TUJUAN MENGATUR KOMPOSISI :
·
Dengan mengatur komposisi foto, kita juga
dapat membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek foto.
·
Menyusun perwujudan ide menjadi sebuah
penyusunan gambar yang baik sehingga terwujud sebuah kesatuan / unity dalam
karya.
·
Melatih
kepekaan mata untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah rasa estetik dalam
pribadi pemotret.
·
Dengan
mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa
jenis yang dapat anda gunakan :
Sumber: http://blog.poetrafoto.com/wp-content/uploads/2011/01/Rule-of-Third-Nine-9-Point-in-Photography.jpg
- Rule of
thirds
Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum. - Format :
Horizon atau Vertikal
Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik. - Keep it
simple
Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin ramai sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya. - Picture
scale
Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala. - Horizons
Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh. - Leading
lines
Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi. - Be
different
Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik. - Colour
Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background. - Framing
Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek. - Shooting
position
Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.
Daftar
pustaka
1.
Sejarah fotografi: http://citrastudio.com/sejarah-fotografi.html
diunduh pada tanggal 29 februari 2012, pukul 08.30
2.
Dasar-dasar fotografi: http://www.freewebs.com/fotoaquarium/dasar1.htm,
di unduh pada tanggal 29 Februari 2012, pukul 08.50
3.
Komposisi dalam fotografi: file:///E:/komposisi-dalam-fotografi.htm,
di unduh pada tanggal 1 maret 2012, pukul 12.12
4.
Pencahayaan dalam fotografi: http://www.aziscs1.com/2010/12/pentingnya-pencahayaan-pada-fotografi.html,
diunduh pada tanggal 1 maret 2012, pukul 12.12
0 komentar:
Posting Komentar